sumber : http://www.jatengprov.go.id/?document_srl=4941
Semarang –
”Inovasi baru membawa kita pada suatu ketertarikan untuk mengetahuinya”,
seperti disampaikan Kepala Dinas Bina Marga Prov. Jawa Tengah, Ir. Danang
Atmodjo, MT dalam membuka seminar ”Uji Gelar Perkuatan Tanah Untuk Lapis
Pondasi Jalan dengan Geogrit”, Rabu (10/03) di Ruang Rapat Bina Marga.
”Disamping tertarik kita juga perlu membuktikannya, untuk itu kami telah menyediakan
lokasi uji gelar di jalan Arteri Utara Semarang sebelah barat kawasan
perkantoran Madukoro”, jelas Kadinas kepada para peserta seminar.
”Geogrit
digunakan untuk menggantikan bahan-bahan yang biasa digunakan untuk membentuk base, sub-base dan sub-grade”,
papar Prof. Yahya pakar geogrit berpengalaman dari Malaysia. Selanjutnya dijelaskan
bahwa sistem Geogrit memungkinkan tanah yang terdapat di lokasi digunakan
sebagai dasar jalan tanpa melakukan urugan tanah dari luar. Sistem Geogrit
adalah suatu teknologi untuk pembangunan/pembuatan infrastruktur jalan raya
dengan menggunakan suatu bahan khusus (BP2G/BP3G) sebagai media campuran dengan
tanah sehingga kekuatan tanah menjadi hampir sekuat batu dan tidak lagi
membutuhkan material alam sebagai bahan pendukung. BP2G berfungsi mengurangkan
indek plastik pada tanah, BP2G mengubah ciri-ciri tanah dan menghalangi
penyerapan air ke tanah yang akan meningkatkan kekuatan tanah dalam menanggung
beban. Sedangkan BP3G adalah zat cair yang bekerja seperti aspal/hotmix sebagai
pelapis/pelindung based BP2G. ”Kedua bahan tersebut ramah lingkungan”, kata
Prof. Yahya.
Lebih jelas Prof.
Yahya mengatakan, hal itu bisa dilakukan bila bukan tanah gambut dan bukan
tanah yang mengandung pasir lebih dari 40 %. Untuk tanah yang mengandung pasir
lebih dari 40% dapat dilakukan dengan mencampurkan tanah terlebih dulu dengan
tanah merah sampai kadar pasir tidak lebih dari 40%. Untuk daerah dengan
kondisi tanah gambut, dilakukan terlebih dulu urugan/timbunan pilihan tanah
merah. Geogrit bisa juga diaplikasikan pada eksisting jalan aspal/hotmix/beton
dengan cara menambah tanah diatas eksisting jalan tersebut setinggi + 15 – 20
cm, dan kemudian dikerjakan sesuai metode geogrit.
Berikut ini
adalah perbandingan struktur dan perbedaan antara struktur konvensional dengan
struktur sistem geogrit, dijelaskan dengan gambar dan tabel di bawah ini.
Tabel Perbedaan antara Struktur Konvensional dengan
Geogrit
KONVENSIONAL
|
GEOGRIT
|
Bahan baku adalah tanah, material alam, hotmix/aspal
|
Bahan baku hanya tanah, BP2G, BP3G, Chip/abu batu
|
Sub Based adalah tanah campuran batu dipadatkan
|
Sub
Based/Based adalah tanah dicampur BP2G
|
Based adalah campuran material alam dipadatkan
|
Based, tanah yang sudah dicampur BP2G dipadatkan
|
Pelindung
based adalah Aspal/Hotmix
|
Pelindung
based adalah BP3G
|
Membutuhkan
peralatan kerja khusus
|
Tidak
membutuhkan peralatan kerja khusus
|
Kekuatan
jalan?
|
Kekuatan
jalan 15 cm = 30 ton
|
Waktu pengerjaan untuk 1 Km > dari 1 hari
|
Waktu pengerjaan untuk 1 Km = 1 hari
|
Biaya pembuatan jalan raya baru standard per PEMDA
(base+pelindung)
|
Biaya pembuatan rata-rata hemat 20%-40%
(base+pelindung) dari harga standard PEMDA
|
Biaya perawatan yang besar
|
Biaya perawatan sangat minimum
|
Biaya perawatan jalan usia jalan kurang dari 3 tahun
|
Biaya perawatan jalan usia jalan > dari 3 tahun
|
Penggunaan material alam terus menerus dapat merusak
lingkungan
|
Tidak merusak lingkungan karena tidak menggunakan
material alam
|
-
|
BP2G dan BP3G tidak mengandung unsur kimia
|
|
|